Jejak Jepang-Belanda di Tlekung
Pariwisata Kota Batu berkembang semakin pesat hingga menjadi tujuan wisata utama di Jawa Timur. Melihat kondisi itu, rupanya masyarakat Desa Tlekung mulai tergerak untuk menangkap peluang tersebut. Warga di Kecamatan Junrejo Kota Batu itu mulai tergerak untuk mengeksplorasi potensi desanya. Desa di pinggiran Gunung Panderman ini kaya akan mata air sehingga terbuka peluang untuk dikembangkan wisata di sektor ini.
Suwandi, tokoh masyarakat setempat, menuturkan, sangat sayang kalau potensi itu dibiarkan. Karena itu langkah konkrit harus direalisasikan.
“Saya mengajak masyarakat untuk membuka sebuah coban (air terjun) dengan kerja bakti. Saat ini aksesnya sudah enak, wisatawan pun bisa datang menikmati,” katanya.
Selain itu, kata dia, wilayah ini punya sejarah wisata yang bisa. dibanggakan. Yakni soal keindahan alam. Dia menceritakan, dulu sebelum kawasan Selecta dibangun menjadi lokasi peristirahatan oleh Belanda, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, menjadi tempat peristirahatan favorit warga Belanda dan Jepang. Di tempat ini pernah berdiri sebuah hotel mewah yang dilengkapi dengan kolam nan indah. Di hotel itu ada kolam yang diberi nama Sumber Urip. Nah lokasi ini selalu menjadi jujugan wisatawan.
Kejayaan pariwisata di desa ini musnah seiring invasi Jepang ke Kota Batu. Di kawasan Sumber Urip ini pula Jepang mendirikan pertahanan berupa sebuah goa pertahanan yang sangat besar.
Kawasan wisata ini semakin menghilang seiring invasi Belanda kedua, daerah pertahanan Jepang dibumihanguskan hingga hanya sedikit sisa bangunan wisata yang tertinggal. Meski demikian, hingga saat ini kita masih bisa menemukan sisa-sisa kejayaan pariwisata di tempat ini, seperti puing-puing hotel mewah, Kolam Sumber Urip dan Goa Jepang yang menjadi saksi sejarah kejayaan pariwisata di tempat ini.
“Kejayaan pariwisata inilah yang ingin kita bangkitkan kembali. Tentunya bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu serta Perhutani,” kata tokoh yang aktif di banyak lembaga sosial ini.
Secara terpisah, Made Suardika, Kabid Promosi dan Pemasaran, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkot Batu menjelaskan, sama halnya dengan desa lain di Kota Batu, Desa Tlekung memiliki potensi pariwisata yang luar biasa.
Di tempat ini berdiri banyak objek pariwisata yang bisa dikunjungi oleh wisatawan. Tidak hanya wisata sejarah, ada juga objek wisata alam yang digemari pengunjung.
“Potensi Desa Tlekung ini sangat luar biasa, tidak hanya cocok untuk wisatawan biasa, wisatawan yang ingin berpetualang bisa mendapatkannya di desa ini,” paparnya. Ingin menelusuri Goa Jepang bisa dilakukan di tempat ini. Desa ini juga memiliki track motor trail yang ekstrem dan cocok pula untuk penggemar olahraga bersepeda. “Tidak rugi berlibur di tempat ini,” paparnya.
Kharudin, Asper BKPH Pujon, membenarkan hal tersebut. Bersama masyarakat dan Pemkot Batu mereka akan menggeliatkan potensi pariwisata di Desa Tlekung ini.
“Bagi yang suka motor trail desa ini punya track ekstrem maupun track biasa yang cocok untuk pemula, begitu juga dengan penggemar olahraga bersepeda, medannya pasti akan mereka senangi, karena tidak begitu berat. Penggemar Caving (telusur goa) juga tidak perlu khawatir karena di desa ini terdapat sebuah goa pertahanan Jepang,” ujar Kharudin.
Goa Jepang ini, menurut Kharudin, panjangnya bisa sampai 4 kilometer. Di dalam goa ini terdapat ruangan-ruangan yang dulu digunakan tentara Jepang untuk menyusun strategi perang.
Ia mengatakan wisatawan bisa menikmatinya dengan aman, karena kondisi goa yang masih sangat kuat. “Kita akan turunkan tim untuk memeriksa keamanan goa, semua itu dilakukan agar wisatawan nyaman,” ujar Kharudin.
Lebih lanjut Kharudin menjelaskan desa ini juga memiliki wana wisata alam yang digemari oleh wisatawan, yakni Coban Pelangi. Alamnya sangat indah, air terjunnya mirip seperti rambut seorang putri yang terurai.
Sejumlah wisatawan seperti Romli warga Kota Malang. “Untuk penggemar sepeda seperti kita senang rekreasi ke tempat ini mas, medannya tidak begitu berat, suasana hening dan udaranya sangat sejuk,” ujar Romli. (Junaed)
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: SUARA DESA, Edisi 04, 15 Mei – 15 Juni 2012, hlm. 21.
Reblogged this on Pusaka Jawatimuran.
yo yo knek ge mbarang mbarang trutama memperluas area maksiat
Ya mudah-mudahan tidak seperti itu, harapan kita semua semoga Jawa timur menjadikan Provinsi yang bebas dari maksiat, seperti yang telah diperjuangkan oleh Gubernur kita, yang semoga pula dibarengi dengan kesadaran/penyadaran generasi muda kita Amiiiinnnnn.